Temukan cara gampang untuk sukses
0 comments


BacaSelengkapnya...

Sudah Cukupkah Air Yang Diperlukan Tubuh Kita??

0 comments

Tahu nggak ternyata tubuh manusia sekitar 80%nya terdiri atas cairan. mulai dari isi sel, darah, jantung sampe otak. malah ada beberapa bagian tubuh kita yang punya kadar air diatas 80%. Dua organ paling penting yang kadar airnya diatas 80% adalah: Otak & Darah. Otak memiliki komponen air sekitar 82%, sementara darah memiliki komponen air sekitar 90%. Nggak heran, kalo kebutuhan tubuh akan cairan, dalam hal ini air putih juga tinggi.
Dr. kusdinar Achmad, MPH. lalu menjelaskan bagaimana pentingnya cairan atau air bagi keberlangsungan hidup manusia. Dalam sistem pencernaan, air berguna dalam proses pencampuran, penyerapan juga pembuangan. Nggak ada pencernaan tanpa air. Dalam sel yang disebut Sitoplasma selalu ada air. Nggak mungkin kering, karena itulah yang disebut kehidupan. "Pada waktu masuk ke dalam pembuluh darah seluruhnya yang mengalir adalah cairan. Darah itu adalah cairan. Jadi dalam tubuh semuanya ada air. Air didalam cairan otak, dalam bola mata, dll," jelas dosen di Universitas Indonesia ini.
Kalo kandungan air dalam masing-masing
organ tetap dipertahankan sesuai kebutuhan maka organ tersebut akan tetap sehat. Sebaliknya kalo menurun, fungsinya juga akan menurun dan lebih mudah terganggu oleh bakteri, virus, dll. Padahal air dalam tubuh nggak pernah bertahan lama. Sebagian cairan tubuh akan terbuang melalui keringat, air seni, tinja, & proses pernapasan. Satu sumber menyebutkan, tubuh 'membuang' air sekitar 1 liter banyaknya lewat keringat dan proses pernapasan, tergantung kondisi suhu udara. Begitu juga yang dikeluarkan lewat proses pembuangan yang jumlahnya bisa mencapai lebih dari 1 liter setiap harinya. Itu sebabnya amat penting bagi kita buat menjaga agar asupan dan pengeluaran cairan tubuh selalu seimbang.


  • Minimal 2 liter sehari
Untuk kondisi normal sehari-hari, kebutuhan orang dewasa akan air minimal 2 liter (kurang lebih 8 gelas) setiap harinya. Kebutuhan ini akan bertambah ketika ada perubahan kondisi, misalnya, aktivitas fisik meningkat, cuaca sangat panas atau seseorang bekerja di ruangan ber-AC.
Meski sesungguhnya kebutuhan 2 liter air ini sesungguhnya sudah mencakup asupan air yang bisa diperoleh lewat penyerapan makanan, buah, maupun minuman berwarna lain (teh, kopi, susu, sirop, dll) tetapi para ahli menyarankan untuk membiasakan diri mengonsumsi 2 liter air putih (saja), diluar asupan-asupan tadi. Ini mengingat semakin banyak mengonsumsi air putih akan membuat tubuh semakin bugar.
Nah, Bagaimana kalo kita kelebihan mengonsumsi air?? Nggak usah Khawatir akan mengalami kelebihan air karena tubuh dengan sendirinya akan membuat mekanisme penyeimbangan. Semakin banyak asupan akan semakin banyak pengeluaran sampai titik seimbang. Tetapi, yang justru harus diwaspadai adalah ketika terjadi kekurangan cairan. Tubuh akan 'memaksa' melakukan 'tarikan' penyeimbangan dari semua komponen organ dan sel tubuh, sehingga seluruh tubuh pun akan mengalami kekurangan cairan, baik cairan didalam sel, cairan antar sel, bahkan cairan di dalam darah pun berkurang.
Kekurangan air (dehidrasi) ini tentu membahayakan kondisi tubuh. Dr. Kusdinar menggambarkan sepintas contoh bahaya kekurangan cairan ini. "Bila cairan didalam darah berkurang, misalnya, dikatakan terjadi hypotensi, dan darah yang dipompakan oleh jantung pun menjadi sedikit. Ini mengakibatkan pula darah yang masuk kedalam otak sedikit. kalo darah yang masuk kedalam otak itu sedikit, berarti otak yang selalu memerlukan glukosa akan merasa kekurangan. Hingga, terjadilah menjadi kolaps. Padahal, kekurangan oksigen, kekurangan glukosa, adalah hal-hal yang menyebabkan seseorang tidak dapat bertahan hidup. Itu sebabnya, hypotensi dapat menyebabkan pingsan."
Tubuh juga akan semakin menurun kondisinya kalo kadar air menurun sementara pengisian kurang cepat dilaksanakan. Efeknya, kita merasa cepat lelah, lemas, nggak bugar & tentu aja menjadi loyo atau kurang enerjik. Jelas aja, karena memang ada hubungan yang sangat erat antara kualitas dan kandungan air dalam tubuh dengan respons tubuh kita.
Dr. James M. Rippe, seorang Kardiolog dari AS menyarankan untuk minum paling sedikit 1 liter lebih banyak dari apa yang dibutuhkan rasa haus kita. Kenapa? karena kehilangan 4% cairan aja akan mengakibatkan penurunan kinerja tubuh kita sebanyak 22%! Bisa dimengerti kalo kehilangan 7% cairan tubuh, kita akan mulai merasa lemah dan lesu.
Karena itu jangan ragu buat mulai memperbanyak minum air putih sejak dari sekarang. Karena selain bermanfaat menghilangkan haus dan menjaga kebugaran tubuh, air putih juga diketahui memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai sarana detoksifikasi (penawar racun).

  • Terapi pembilasan
Itu pula sebabnya, kebiasaan kurang minum adalah salah satu sebab umum terjadinya gangguan ginjal pada masyarakat kita. Dengan kurang minum, fungsi ginjal dalam melakukan saringan tentu menjadi lebih berat.
Seorang teman dengan setengah bergurau pernah berkata, "sebenernya dalam upaya mengonsumsi air putih, kita hanya punya dua pilihan: ngelakuin 'investasi' dengan minum paling nggak sedikitnya 8 gelas sehari ato 'bayar bunga' lewat sakit ginjal ato stroke di masa datang".
Air putih juga punya manfaat besar bagi keberhasilan program diet. Buat kamu yang tengah mencoba ngelakuin penurunan berat badan, nggak cukup hanya membuat program olahraga & pembatasan makan.
Nah, begitu juga buat umat Islam yang tengah ngejalanin ibadah puasa jangan lupa untuk mengonsumsi air putih & makan makanan yang banyak mengandung air dan serat lebih banyak dari biasanya. Kenapa? Karena sebenarnya persoalan fisik paling berat yang akan dihadapi orang berpuasa bukanlah bagaimana menahan lapar, tetapi bagaimana menahan haus atau kekurangan cairan tubuh.
Sementara itu, bagi kamu yang pengen ngejaga kesehatan, kamu bisa melakukan terapi air putih yang sederhana, mudah & murah, tapi amat bermanfaat, yaitu 'Terapi pembilasan' saluran pencernaan. Caranya mudah, setiap pagi, begitu bangun tidur upayain buat minum air putih 2-6 gelas. Jangan mengonsumsi apapun sesudahnya sampai terjadi pembuangan (buang air kecil/besar). Efek minum ini diibaratkan sebagai pembersihan kerak-kerak yang tertimbun di saluran yang terjadi karena pemakaian yang terus-menerus. Dr. Kusnidar menganalogikan ini sebagai pembilasan kamar mandi. "Seolah-olah dibilaslah saluran pencernaan itu. Mulai dari tenggorokan, lambung, usus 12 jari sampe dengan usus besar. Dikuras. Karena sisa-sisa makanan itu kan (seolah-olah) berkerak ya. Kalau dibilasnya hanya satu kali gelaskan tidk cukup. Samalah logikanya dengan saat kita membilas kamar mandi, harus berulang-ulang dan banyak".
So, jangan lupa, demi kesehatan kamu sendiri, mulailah rajin mengonsumsi minimal 2 liter air putih setiap hari mulai dari sekarang.
BacaSelengkapnya...

Syair Abu Nawas

0 comments

Ya Tuhanku, tidak pantas bagiku menjadi penghuni surga-Mu
Namun, aku tidak kuat dengan panasnya api neraka
Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa-dosa besar

Dosaku seperti jumlah pasir
Maka terimalah pengakuan taubatku Wahai Pemilik Keagungan
Dan umurku berkurang setiap hari
Dan dosaku bertambah, bagaimana aku menanggungnya

Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain hanya kepada-MU

Syair Abu Nawas
AL-I'TIROOF
BacaSelengkapnya...

Kisah Abu Nawas Bag. keenam

0 comments

1. Rahasia Kotak-kotak Ajaib

Malam berikutnya,sang Raja memerintahkan kepada Abu Nawas agar meneruskan kisah-kisah aneh dan ajaib, yang menjadi kegemaran sang Raja. Abu Nawas menjawab, “Dengan senang hati, wahai raja yang baik dan bahagia...”

Hamba mendengar, wahai sang Raja, pelayan itu menceritakan kepada raja Cina bahawa pemuda itu berkata:
Khalifah berkata kepada para pelayan, “Buka kotak ini, agar aku dapat melihat apa yang ada di dalamnya.”

Tetapi gadis itu berkata, “Wahai tuanku, bukalah kotak ini di hadapan Puan Zubaidah, sebab apa yang ada di dalamnya merupakan rahsianya, dan dia lebih mengistimewakan kotak yang satu ini berbanding semua kotak lainnya.”

Ketika khalifah mendengar penjelasannya, dia memerintahkan para pelayan untuk mengangkat kotak tersebut
ke dalam, dan dua orang pelayan segera mengangkat kotak tempatku bersembunyi, sementara aku hampir tidak percaya bahawa aku masih hidup. Setelah kotak berada di dalam sebuah ruangan di mana pengawal yang kukenali sebelum ini berada di ruangan itu, dia segera memerintahkan aku agar segera keluar dari kotak.

Sambil membuka penutup kotak, dia berkata, “Keluarlah cepat dan naikilah tangga ini.” Aku berdiri dan keluar dari kotak, dan baru saja dia menutup kotak itu kembali dan aku menaiki tangga, para pelayan itu masuk membawa kotak-kotak lainnya, diikuti oleh khalifah. Lalu mereka membuka semuanya di hadapannya, sementara dia duduk di atas kotak tempatku bersembunyi sebelumnya. Lalu dia bangkit dan masuk ke dalam ruangan.

Sepanjang tempoh itu aku duduk dengan mulut kering kerana ketakutan. Tak lama kemudian gadis idamanku naik ke atas dan berkata padaku, “Tidak ada lagi yang perlu ditakutkan. Bergembiralah dan tunggu hingga Puan Zubaidah datang melihatmu, dan engkau mungkin akan memperolehi nasib baik dan mendapatkan diriku.”

Aku turun ke bawah, dan begitu aku duduk di sebuah ruangan kecil, masuklah sepuluh orang pelayan perempuan, semua bagaikan rembulan, dan berdiri dalam dua barisan, dan mereka diikuti oleh dua puluh orang perawan berdada tinggi, berjalan bersama Puan Zubaidah, yang hampir tidak dapat berjalan kerana berat membawa pakaian dan perhiasannya.

Ketika dia mendekatiku, para pelayan itu berpencar dan membawakannya sebuah kerusi, yang kemudian didudukinya. Lalu dia berseru kepada gadis-gadis itu, yang akhirnya berseru memanggilku, dan aku maju dan mencium tanah di hadapannya. Dia menyuruhku duduk, dan aku duduk di hadapannya, sementara dia bercakap-cakap denganku dan aku menjawab pertanyaan-pertanyaannya mengenai keadaanku.

Dia merasa senang denganku dan akhirnya berkata, “Demi Tuhan, tidak sia-sia aku membesarkan gadis ini. Dia seperti anakku sendiri, suatu amanah yang diberikan Tuhan kepadamu.” Lalu dia menyuruhku tinggal selama sepuluh hari di istana....

Tetapi fajar menyingsing. Abu Nawas terdiam, lalu sang Raja berkata, “Ceritamu benar-benar aneh dan menarik!” Abu Nawas menjawab, “Esok malam ceritanya lagi menarik dan lagi aneh.”



2. Tugas Yang Mustahil

Abu Nawas belum kembali. Kata istrinya ia bersarna seorang Pendeta dan seorang Ahli Yoga sedang melakukan pengembaraan suci. Padahal saat ini Baginda amat membutuhkan bantuan Abu Nawas. Beberapa hari terakhir ini Baginda merencanakan membangun istana di awang-awang. Karena sebagian dari raja-raja negeri sahabat telah membangun bangunan-bangunan yang luar biasa.

Baginda tidak ingin menunggu Abu Nawas iebih lama lagi. Beliau mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mencari Abu Nawas. Mereka tidak berhasil menemukan Abu Nawas kerena Abu Nawas ternyata sudah berada di rumah ketika mereka baru berangkat.

Abu Nawas menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Baginda amat riang. Saking gembiranya beliau mengajak Abu Nawas bergurau. Setelah saling tukar menukar cerita-cerita lucu, lalu Baginda mulai mengutarakan rencananya.

“Aku sangat ingin membangun istana di awang-awang agar aku Iebih terkenal di antara raja-raja yang lain. Adakah kemungkinan keinginanku itu terwujud, wahai Abu Nawas?”

“Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas berusaha mengikuti arah pembicaraan Baginda.

“Kalau menurut pendapatmu hal itu tidak mustahil diwujudkan maka aku serahkan sepenuhnya tugas ini kepadamu.” kata Baginda puas.

Abu Nawas terperanjat. la menyesal telah mengatakan kemungkinan mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali.

Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang. Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun sudah merupakan hal yang mus­tahil dikerjakan. Hanya Tuhan saja yang mampu melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas.

Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang di­kerjakan Abu Nawas kecuali memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya. Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-layang.

Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan waktu lagi. la bersama be­berapa kawannya merancang layang-layang raksasa berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu serta jendela-jendela dan ornamen-ornamen lainnya.

Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan.

Begitu layang-layang raksasa berbentuk istana itu mengapung di angkasa, penduduk negeri gempar.

Baginda Raja girang bukan kepalang. Benarkah Abu Nawas berhasil membangun istana di langit? Dengan tidak sabar beliau didampingi beberapa orang pengawal bergegas menemui Abu Nawas.

Abu Nawas berkata dengan bangga.

“Paduka yang mulia, istana pesanan Paduka telah rampung.”

“Engkau benar-benar hebat wahai Abu Nawas.” kata Baginda memuji Abu Nawas.

“Terima kasih Baginda yang mulia.” kata Abu Nawas “Lalu bagaimana caranya aku ke sana?” tanya Baginda. “Dengan tambang, Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas.

“Kalau begitu siapkan tambang itu sekarang. Aku ingin segera melihat istanaku dari dekat.” kata Baginda tidak sabar.

“Maafkan hamba Paduka yang mulia. Hamba kemarin lupa memasang tambang itu. Sehingga seorang kawan hamba tertinggal di sana dan tidak bisa turun.” kata Abu Nawas. .

“Bagaimana dengan engkau sendiri Abu Nawas? Dengan apa engkau turun ke bumi?” tanya Baginda.

“Dengan menggunakan sayap Paduka yang mulia.” kata Abu Nawas dengan bangga.

“Kalau begitu buatkan aku sayap supaya aku bisa terbang ke sana.” kata Baginda.

“Paduka yang mulia, sayap itu hanya bisa diciptakan dalam mimpi.” kata Abu Nawas menjelaskan.

“Engkau berani mengatakan aku gila sepertimu?” tanya Baginda sambil melotot.

“Ya, Baginda. Kurang lebih seperti itu.” jawab Abu Nawas tangkas.

“Apa maksudmu?” tanya Baginda lagi.

“Baginda tahu bahwa membangun istana di awang-awang adalah pekerjaan yang mustahil dilaksanakan. Tetapi Baginda tetap menyuruh hamba mengerjakannya. Sedangkan hamba juga tahu bahwa pekerjaan itu mus­tahil dikerjakan, Tetapi hamba tetap menyanggupi titah Baginda yang tidak masuk akal itu.” kata Abu Nawas berusaha meyakinkan Baginda.

Tanpa menoleh Baginda Raja kembali ke istana diiring para pengawalnya. Abu Nawas berdiri sendirian sambi memandang ke atas melihat istana terapung di awang-awang.

“Sebenarnya siapa diantara kita yang gila?” tanya Baginda mulai jengkel.

“Hamba kira kita berdua sama-sama tidak waras Tuanku.” jawab Abu Nawas tanpa ragu.
BacaSelengkapnya...

Kisah Abu Nawas Bag. kelima

0 comments

1. Mengecoh Raja

Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana oleh Abu Nawas yang dilegalisir oleh Baginda, sejak saat itu pula Baginda ingin menangkap Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara.

Sudah menjadi hukum bagi siapa saja yang tidak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi ia akan mendapat hukuman. Baginda tahu

Abu Nawas amat takut kepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa takut dan gemetar tetapi ia tidak berani menolak perintah Baginda.
Dalam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yang cerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa hormat Abu Nawas mendekati Baginda.

"Tahukah mengapa engkau aku panggil?" tanya Baginda tanpa sedikit pun senyum di wajahnya.

"Ampun Tuanku, hamba belum tahu." kata Abu Nawas.

"Kau pasti tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Hutan masih jauh dari sini. Kau kuberi kuda yang lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku akan menunggang kuda yang cepat. Nanti pada waktu santap siang kita berkumpul di tempat peristirahatanku. Bila hujan turun kita harus menghindarinya dengan cara kita masing-masing agar pakaian kita tetap kering. Sekarang kita berpencar." Baginda menjelaskan.

Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. Abu Nawas kini tahu Baginda akan menjebaknya. la harus mancari akal. Dan ketika Abu Nawas sedang berpikir, tiba-tiba hujan turun.

Begitu hujan turun Baginda dan rombongan segera memacu kuda untuk mencapai tempat perlindungan yang terdekat. Tetapi karena derasnya hujan, Baginda dan para pengawalnya basah kuyup. Ketika santap siang tiba Baginda segera menuju tempat peristirahatan. Belum sempat baju Baginda dan para pengawalnya kering, Abu Nawas datang dengan menunggang kuda yang lamban. Baginda dan para pengawal terperangah karena baju Abu Nawas tidak basah. Padahal dengan kuda yang paling cepat pun tidak bisa mencapai tempat berlindung yang paling dekat.

Pada hari kedua Abu Nawas diberi kuda yang cepat yang kemarin ditunggangi Baginda Raja. Kini Baginda dan para pengawal-pengawalnya mengendarai kudakuda yang lamban. Setelah Abu Nawas dan rombongan kerajaan berpencar, hujan pun turun seperti kemarin. Malah hujan hari ini lebih deras daripada kemarin. Baginda dan pengawalnya langsung basah kuyup karena kuda yang ditunggangi tidak bisa berlari dengan kencang.

Ketika saat bersantap siang tiba, Abu Nawas tiba di tempat peristirahatan lebih dahulu dari Baginda dan pengawalnya. Abu Nawas menunggu Baginda Raja. Selang beberapa saat Baginda dan para pengawalnya tiba dengan pakaian yang basah kuyup. Melihat Abu Nawas dengan pakaian yang tetap kering Baginda jadi penasaran. Beliau tidak sanggup lagi menahan keingintahuan yang selama ini disembunyikan.

"Terus terang begaimana caranya menghindari hujan, wahai Abu Nawas." tanya Baginda.

"Mudah Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas sambil tersenyum.

"Sedangkan aku dengan kuda yang cepat tidak sanggup mencapai tempat berteduh terdekat, apalagi dengan kuda yang lamban ini." kata Baginda.

"Hamba sebenarnya tidak melarikan diri dari hujan.Tetapi begitu hujan turun hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipatnya, lalu mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai hujan berhenti." Diam-diam Baginda Raja mengakui kecerdikan Abu Nawas.



2. Pekerjaan Yang Mustahil

Baginda baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.

Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda,
"Sanggupkah engkau memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?" tanya Baginda.

Abu Nawas tidak langsung menjawab. la berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum.

Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan.

Abu Nawas pulang dengan hati masgul. Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini.Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana.

Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. la menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.

"Ampun Tuariku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti." kata Abu Nawas.
"Apa usul itu?"

"Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi."

"Kalau hanya usulmu, baiklah." kata Baginda.

"Satu lagi Baginda….. " Abu Nawas menambahkan.

"Apa lagi?" tanya Baginda.

"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin." kata Abu Nawas.

"Usulmu kuterima." kata Baginda menyetujui.Abu Nawas pulang dengan perasaan riang gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup.
Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas. Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pernah gagal

melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini.

Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan salat Hari Raya Idul Qurban. Dan seusai salat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin.

Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja,

"Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?"

"Tidak ada." jawab Baginda Raja singkat.

Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. la berdiri sambil memandangi istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar. Baginda Raja akhirnya tidak sabar.

"Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda Raja.

"Hamba sudah siap sejak tadi Baginda." kata Abu Nawas.

"Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?" tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.

"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka."

Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.


3. Pintu Akhirat

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak.

Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu.

"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?" Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata,

"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"

Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking ihdahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana.

Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil: Setelah menghadap Bagiri

"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"

"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hamba ajukan."

"Sebutkan syarat itu." kata Baginda Raja.

"Hamba morion Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."

"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas.

"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu.

"Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu."

Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam.

Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi, "Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.
BacaSelengkapnya...

Kisah Abu Nawas Bag. keempat

0 comments

1. Khalifah dan Kotak Ajaib

Malam berikutnya, sang Raja memerintahkan kepada Abu Nawas agar meneruskan kisah-kisah aneh dan ajaib, yang menjadi kegemaran sang Raja. Abu Nawas menjawab, “Dengan senang hati, wahai raja yang baik dan bahagia...”

Hamba mendengar, wahai Raja yang bahagia, pelayan itu menceritakan kepada raja Cina bahawa pemuda itu berkata:
Ketua pengawal itu tersentak bangun dari tidurnya dan berseru kepada gadis itu, “Jangan menunda-nunda. Engkau harus membuka kotak-kotak ini.”

Kebetulan kotak pertama yang akan dibukanya adalah kotak di mana aku berada di dalamnya, dan ketika para pelayan membawanya kepada ketua pengawal itu, aku kehilangan akalku dan dalam kebingungan itu aku terkencing di dalam kotak dan airnya mengalir keluar kotak. Lalu gadis
itu berkata, “Wahai pengawal, engkau telah merugikan aku dan merugikan ramai pedagang dengan merosak barang-barang milik Puan Zubaidah sebab kotak ini mengandungi baju-baju berwarna-warni dan satu kendi air zamzam. Kendi itu baru saja tumpah dan airnya akan membuat warna-warni baju itu luntur.”

Ketua pengawal itu berkata, “Ambillah kotak itu dan pergi.” Tetapi baru saja para pelayan itu mahu mengangkatku dan bergegas menyingkirkan semua kotak lainnya, aku mendengar sebuah suara berseru, “Aduh, aduh, khalifah, khalifah!” Ketika aku mendengar suara ini, jantungku seakan berhenti berdenyut. Lalu aku mendengar khalifah menyoal gadis itu, “Hai kamu, ada apa di dalam kotak-kotak milikmu ini?”

Gadis itu menyahut, “Baju-baju untuk Puan Zubaidah.”

Khalifah berkata, “Buka semua biar aku dapat melihatnya.”

Mendengar itu, aku tahu bahawa kali ini tamatlah riwayatku. Lalu aku mendengar gadis itu berkata, “Wahai Pemimpin Kaum Beriman, kotak-kotak ini mengandungi baju-baju dan barang-barang milik Puan Zubaidah, dan dia tidak ingin isinya dilihat oleh sesiapa pun.”

Tetapi khalifah berkata, “Engkau harus membuka kotak-kotak ini, agar aku dapat melihat benda apa di dalamnya. Bawa semua ke sini.”

Ketika aku mendengar arahan khalifah itu, aku yakin bahawa aku akan mati. Lalu para pelayan membawa kotak-kotak itu, membukanya satu demi satu, sementara khalifah terus memperhatikan baju-baju dan barang-barang kemas lainnya hingga tinggal satu kotak lagi yang belum dibuka, di mana aku bersembunyi. Mereka membawaku dan meletakkanku di hadapannya, dan aku mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan, kerana merasa pasti bahawa aku akan kehilangan kepalaku dan akan mati. Khalifah berkata, “Buka kotak itu agar aku dapat melihat benda apa di dalamnya.” Maka para pelayan segera membukanya....

Tetapi fajar menyingsing. Abu Nawas terdiam, lalu sang Raja berkata, “Ceritamu benar-benar aneh dan menarik!” Abu Nawas menjawab, “Esok malam ceritanya lagi menarik dan lagi aneh.”


2. Membasuh Tangan 120 Kali

...Abu Nawas bekerja sebagai orang kepercayaan Raja Ali Ibnu Bakri. Abu Nawas dikenali sebagai orang cerdik dan ahli dongeng yang termasyhur. Suatu hari Raja mengalami ketegangan fikiran selepas bekerja sepanjang hari mengurus rakyat. Sang Raja memerintahkan kepada Abu Nawas bercerita mengenai kisah-kisah aneh dan ajaib, yang menjadi kegemaran sang Raja, untuk menghilangkan sedikit ketegangan jiwa yang dialaminya.

Kebiasaannya, Raja mendengar kisah-kisah Abu Nawas pada malam hari, iaitu sebelum sang raja menidurkan matanya. Abu Nawas menjawab, “Dengan senang hati, wahai raja yang baik dan bahagia...”

Dikisahkan, wahai Raja yang bahagia, salah seorang pelayan istana berkata kepada raja Cina:
Wahai Raja zaman ini, tuan rumah memerintahkan para pelayannya agar mengambil air dan semua yang diperlukan untuk membasuh tangan salah seorang tamunya yang dianggap agak ganjil dan aneh. Tamu itu lalu membasuh tangannya dengan air bercampur sabun, garam dan daun sebanyak seratus dua puluh kali basuhan.

Selepas itu barulah ia makan ‘ragut’(sejenis makanan yang berasal dari sebuah desa di Baghdad), tetapi pemuda itu memakannya seolah-olah dengan perasaan jijik dan mual, sementara kami memandangnya dengan penuh kehairanan, sebab tangannya dan malah sekujur tubuhnya menggigil.

Bila kami melihat tangannya, barulah kami mengetahui bahawa ibu jarinya terpotong, dia makan hanya dengan empat jari, sehingga menyebabkan makanan itu berjatuhan dari tangannya. Kami menyoalnya dengan hairan, “Apa yang terjadi dengan ibu jarimu? Apakah Tuhan menciptakanmu dalam keadaan seperti ini, atau apakah engkau pernah mengalami kemalangan?”

Pemuda itu menyahut, “Demi Tuhan, bukan hanya ibu jari ini saja yang hilang, tetapi juga ibu jari tanganku yang satu lagi, dan tumit kedua-dua kakiku, seperti yang akan kalian lihat.”

Lalu dia menunjukkan tangan kirinya dan kedua-dua kakinya. Kami melihat bahawa tangan kirinya nampak seperti tangan kanannya dan kedua-dua kakinya, tidak mempunyai tumit. Ketika kami melihatnya, kehairanan kami semakin bertambah, hingga kami berkata padanya, “Kami tak sabar menunggu kisahmu dan penyebab terpotongnya kedua ibu jari serta tumit kakimu dan mengapa engkau membasuh tanganmu seratus dua puluh kali.”

Pemuda itu berkata, “Ayahku adalah salah seorang pedagang yang paling terkemuka di Baghdad pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid. Tetapi ayahku gemar minum anggur dan bermain muzik kecapi, sehingga ketika dia meninggal ayahku tidak mewariskan sesuatu pun kepadaku.

Aku melaksanakan upacara pemakaman baginya, mengadakan pengajian Al-Quran, dan terus berkabung untuknya dalam masa yang cukup lama. Lalu aku membuka kedai peninggalan ayahku dan mendapati bahawa dia hanya meninggalkan sedikit harta dan banyak hutang. Maka aku terpaksa menjelaskan dan membayar kesemua hutang ayahku dengan membayarnya beransur-ansur.

Aku mula melakukan jual-beli dan membayar hutang ayahku minggu demi minggu, hingga akhirnya aku berjaya menjelaskan kesemua hutang ayahku dan modalku mula bertambah. Suatu hari, ketika aku sedang duduk di kedaiku, datanglah ke pasar seorang gadis muda yang cantik, yang kecantikannya belum pernah kulihat tandingannya, berpakaian mewah dan dihiasi permata.

Dia menaiki seekor keldai betina, dengan seorang hamba sahaya berkulit hitam berjalan di hadapannya dan seorang lagi di belakangnya. Gadis itu turun dari keldainya dan terus memasuki pasar. Baru saja dia melangkahkan kakinya ke pasar, seorang pengawal datang mengikutinya dan berkata, “Tuan puteri, masuklah, tapi jangan sampai ada orang yang mengenalimu, sebab kita akan menghadapi kesukaran.”

Lalu pengawal itu berdiri berjalan di hadapan sang gadis, sambil melihat-lihat kedai. Tetapi kerana mendapati tidak ada kedai yang buka kecuali kedaiku, gadis itu mendatangi kedaiku. Gadis itu menegurku, lalu duduk....

Tiba-tiba fajar pun menyingsing. Abu Nawas terdiam, lalu sang Raja berkata, “Ceritamu benar-benar aneh dan indah!” Abu Nawas menjawab, “Esok malam ceritanya lagi menarik dan lagi indah.”



3. Mengecoh Monyet

Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.

"Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas.

"Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib."

"Apa maksudmu dengan monyet ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.

"Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas menambahkan.

Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.

Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.

Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.

Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatangitu Abu Nawas bertanya,

"Tahukah engkau siapa aku?" Monyet itu menggeleng.

"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" tanya Abu Nawas lagi. Namun monyet itu tetap menggeleng.

"Apakah engkau takut kepada tuanmu?" tanya Abu Nawas memancing. Monyet itu mulai ragu.

"Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu." lanjut Abu Nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.

Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih monyetnya mengangguk-angguk.

Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bisa dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang diajukan.

Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton tidak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju. la mengulang pertanyaan yang sama.

"Tahukah engkau siapa daku?" Monyet itu mengangguk.

"Apakah engkau tidak takut kepadaku?" Monyet itu tetap mengangguk.

"Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?" pancing Abu Nawas. Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abu Nawas.

Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.

"Tahukah engkau apa guna balsam ini?" Monyet itu tetap mengangguk .

"Baiklah, bolehkah kugosokselangkangmu dengan balsam?" Monyet itu mengangguk.

Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai-panik.

Kemudian Abu Nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam.

"Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?" Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.

Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.

Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa dikecoh Abu Nawas!
BacaSelengkapnya...

 
BloggerTheme by BloggerThemes | Design by 9thsphere